Pengalaman di Bandara Haneda Tokyo

Jam di tangan menunjukkan pukul 22.00 waktu Jepang. Pesawat yang saya tumpangi mendarat dengan mulus di bandara internasional Haneda, Tokyo. Alhamdulilllah, akhirnya saya sampai juga di Jepang. Inilah pertamakalinya saya menginjakkan kaki di Jepang dan pertamakali mendarat di bandara Haneda.

Karena hari sudah gelap, saya tidak bisa melihat pemandangan apapun kecuali lampu runway dan lampu-lampu bandara lainnya. Suhu di luar menurut pengumuman yang pilot berikan sekitar 9 derajat celsius. Saya membayangkan, dengan suhu segitu saya bisa menaruh daging dan ikan tanpa takut membusuk.

Setelah keriuhan yang biasa terjadi di kabin ketika pesawat berhenti dan parkir, akhirnya saya keluar dari pesawat untuk menaiki bus menuju terminal bandara. Angin teluk Tokyo berhembus kencang menerpa wajah dan tubuh saya, seperti memberi ucapan selamat datang di Jepang. Brrrr! Dinginnya belum pernah saya rasakan sebelumnya. Seperti masuk ke sebuah kulkas raksasa dengan angin yang kencang. Badan bergetar hebat, muka dan telinga seperti ditampar tangan-tangan dingin yang tidak terlihat. Menurut ramalan cuaca, suhu dan cuaca di Tokyo pada awal musim semi ini berubah-ubah dengan cepat. Beberapa hari yang lalu cukup hangat, tapi hari ini cuaca drop seperti di penghujung musim dingin. Saya baru menyadari kalau ini adalah pancaroba nya Jepang.

Saya setengah berlari menuju bus. Akhirnya tiba didalam bus yang hangat, tapi suhu dingin masih melekat di badan yang membuat saya menggigil, tidak hanya saya, beberapa travelers berhijab yang saya duga dari Malaysia pun menggigil. Bus pun membawa penumpang ke terminal. Saya tiba di terminal kedatangan yang hangat. Segera saya menuju imigrasi dan karena bawaan saya hanya sebuah backpack dan tas selempang kecil, mobilitas saya tidak terhambat dan saya bisa bergerak cepat menuju antrian yang lebih pendek di loket imigrasi. Begitulah untungnya jadi backpacker. Banyak petugas imigrasi yang memberikan pengarahan kepada penumpang yang baru turun untuk mengantri, saling bersahutan dengan bahasa Jepang dan Inggris ke Jepang-Jepangan. Saya sempat memperhatikan beberapa diantaranya adalah wanita yang manis walaupun bukan artis. Akhirnya giliran saya untuk di periksa imigrasi. Petugas imigrasi wanita berwujud seperti Jaiko adiknya Giant pun menanyai saya “Berapa hari tinggal di Jepang?”. Saya balas “Satu minggu mbak”. Selanjutnya bertanya dengan muka jutek “Mau kemana aja di Jepang?”. Saya membalas “Ke Tokyo, Kyoto, Osaka”. Petugas itu pun mendengus dan tersenyum kecut. Benar-benar mirip Jaiko. Namun akhirnya saya diizinkan tinggal di Jepang selama 15 hari.

Tips imigrasi di Jepang adalah patuhi semua peraturan yang ada, biasanya terpampang jelas berupa sign. Mengantrilah dengan tertib, tenang dan jangan terlalu heboh. Di imigrasi dilarang mengambil gambar. Jadi jangan sok-sokan selfie dilanjut caption “Touch down Japan”. Setelah keluar imigrasi pun dilarang memotret sampai kita benar-benar berada di tempat yang diperbolehkan. Kemudian saat menunggu giliran dipanggil petugas imigrasi, berdirilah di belakang garis kuning. Memang peraturannya terlihat sepele tapi itu dibuat demi keamanan dan kenyamanan traveler juga. 

Setelah saya selesai berurusan dengan si Jaiko, saya langsung melakukan koneksi ke pocket wifi yang saya sewa dari Bandung lalu menghubungi keluarga dan kenalan saya di Osaka, memberitahukan bahwa saya sudah sampai dengan selamat. Keluar dari imigrasi, saya agak terperangah, inikah Jepang? Dengan orang-orangnya yang modis ber-jas, coat, atau jaket-jaket tebal, cewek-ceweknya cute! Semua orang bermata sipit (termasuk saya) menjadi pemandangan umum disini dan sejenak saya sadar, saya baru berada di pintu masuk Jepang.

Pengalaman Mandi di Bandara Haneda

Karena melakukan perjalanan hampir 24 jam dan lumayan melelahkan, saya memutuskan untuk mandi di bandara tepatnya di lantai 2 kedatangan internasional, ada sign nya “Shower Room”. Dengan harga 1000 yen untuk 30 menit (termasuk mahal, tapi demi kenyamanan dan penampilan kece) saya mandi di sebuah tempat mandi khusus bagi pengunjung bandara. Setelah melakukan pembayaran, saya mendapatkan kunci dengan nomer bilik kamar mandi. Ternyata kamar mandinya mirip kamar mandi di budget hotel, hanya ada tempat ganti berbarengan dengan wastafel dan kaca, dan disebelahnya terdapat ruangan shower dengan pintu geser. Ruangan showernya terbilang kecil untuk ukuran badan saya, tapi cukup nyaman dan privat dengan fasilitas lengkap seperti shower air panas / dingin, sabun, shampoo, conditioner, hair dryer, handuk kering yang lembut, handuk panas plus voucher minuman yang dapat ditukar di cafe sebelah. Setelah mandi dan badan terasa segar, saya menukarkan voucher minuman dan kita dapat memilih 3 jenis minuman yaitu soft drink, oolong tea dan kopi. Saya menukarnya dengan oolong tea dingin dan ternyata pilihan saya salah karena teh nya tawar seperti di warteg.

Makan di Bandara Haneda

IMG_3624

Bandara internasional Haneda cukup besar, tapi tidak membuat saya tersesat karena banyak tersedia papan petunjuk dan denah bangunan. Berada disana, saya tidak merasa sedang berada di bandara, tapi seperti sedang berada di mall karena di lantai 4 terdapat tempat perbelanjaan yang berdesain Edo kuno dengan lampion dan arsitektur kayu-kayu. Sayangnya karena saya tiba tengah malam, kebanyakan restoran sudah tutup, untungnya disini terdapat counter makanan 24 jam. Saya memutuskan untuk makan malam di Yoshinoya.

Musola di Bandara Haneda

bandara haneda tokyo

Teringat belum solat, saya bertanya ke information desk tentang prayer room. Setahu saya memang ada, tapi tidak tahu persisnya. Prayer room tersebut berada di Departure Lobby lantai 3. Ketika hendak masuk, tekan dulu tombol agar pengawas dapat membukakan pintu secara remote, entah kenapa harus kaya gitu. Prayer room nya cukup besar dan sangat manusiawi, kira-kira sebesar kamar tidur dan sangat bersih. Lantainya dilapisi karpet, terdapat tempat wudhu dengan bangku, dan loker sepatu. Sayangnya tidak ada petunjuk arah kiblat.

Kereta Bandara Haneda

bandara haneda tokyo
Stasiun kereta bandara Haneda

Sebagai salahsatu bandara utama kota Tokyo, bandara Haneda dilengkapi dengan transportasi kereta bandara agar memudahkan akses dari dan menuju kota Tokyo. Stasiun kereta bandara ini terletak di basement. Kereta bandara Haneda berada di jalur Keikyu Line dan akan berhenti di stasiun-stasiun komuter seperti stasiun Shinagawa, Sengakuji dan stasiun lainnya. Karena saya akan menuju distrik Asakusa, maka saya turun di stasiun Sengakuji dan melakukan transfer ke kereta Toei Asakusa Line. Untuk tiket, sebenarnya kita bisa beli tiket sekali jalan, tapi lebih baik dengan menggunakan IC card seperti Suica atau Passmo karena lebih hemat.

Kesimpulan saya untuk bandara internasional Haneda:

  • Bandara internasional Haneda bisa ditiduri. Maksudnya kalau kemalaman bisa tidur di bangku-bangku panjang yang tersebar di bandara.
  • Fasilitas di bandara Haneda sangat lengkap. Selain itu bandaranya bersih dan aman.
  • Saya sangat prefer bandara Haneda karena dekat dengan kota Tokyo. Akses menggunakan kereta pun cepat sekitar 45 menit.

Lain kali saya pengen balik lagi ke bandara Haneda menjelajahi toko-tokonya yang sepertinya menarik, karena di Jepang tidak ada sesuatu yang tidak menarik.

Total pengeluaran hari ke 1:

    • Shower room = ¥ 1030
    • Yoshinoya = ¥ 630
  • TOTAL = ¥ 1660

4 tanggapan untuk “Pengalaman di Bandara Haneda Tokyo

  1. Menurut saya Haneda lebih bagus dari Narita dan Kansai. Cuma waktu itu rutenya dari Osaka dulu baru pulang lewat Narita. Di Kansai juga bisa bermalam di kursi empuk sebelah check in ANA dan Jetstar, dan tidak ada pemeriksaan seperti di Changi

    Suka

Tinggalkan komentar